THE REAL NEWS ONE - Majalengka, -- Ketua Aliansi Wartawan Indonesia (AWI) DPC Kabupaten Majalengka meminta untuk tidak ada dikotomi media.
Seruan untuk menghindari pembagian media ke dalam kategori yang berlawanan atau terpisah secara tajam ini disampaikan langsung Ketua AWI Majalengka, Abdullah pada Jum'at, 12 Desember 2025.
"Hemat saya jangan ada dikotomi antara media mainstream dan lokal. Bahkan kalau boleh kita jujur media lokal loh yang getol memberitakan Majalengka," ujarnya.
Bahkan, ia menyebut bahwa media-media yang dianggap lokal justru merekalah yang selalu menayangkan berita pemerintah daerah tanpa dibayar.
"Coba cek rilisan Pemkab melalui Kominfo, itu mayoritas yang menayangkan media lokal, apakah mereka dibayar, kan tidak!," ucap pemilik majalah Abchannel ini.
Jadi sebaiknya, sambung dia, siapapun di Majalengka jangan pernah lagi membedakan media lokal dan mainstream.
"Cukuplah rame rame dulu salah satu media mainstream dapat iklan hingga 300 juta dan sekarang dalam acara ICMI singgung media lokal lagi," kata dia.
Ditegaskannya, media lokal di Majalengka berkontribusi mempublikasikan Majalengka yang kecil maupun yang besar.
Seruan untuk tidak ada dikotomi media dari Ketua AWI ini muncul setelah adanya ucapan Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orda Kabupaten Majalengka seusai menggelar acara di salah satu hotel ternama di Kota Angin (Sebutan Majalengka), Kamis, (11/12/25).
“Pada Rabu depan kita akan mengundang media, media resmi, yang jelas keluarannya, ini mohon maaf ya, media mainstream,” kata Diding, seperti dikutip dari mevin id, Jum'at, (12/12/25).
“Bukan hanya media mainstream, ada media cetak, media elektronik, termasuk media sosial,” tambahnya.
Ucapan “Media Mainstream” ini, memancing reaksi emosi dan kemudian menjadi sorotan para awak media.
Kata-kata tersebut dinilai menyinggung eksistensi para awak media yang mengikuti wawancara.
Kata “Media Mainstream” yang diucapkan Diding, ucap salah satu awak media, muncul setelah adanya celetukan dari salah seorang awak media, dengan tambahan ucapan kata “Media yang Terverifikasi Dewan Pers”.
Ucapan dari salah seorang wartawan tersebut dianggap menegaskan pembicaraan Diding, bahwa peserta yang diundang ICMI Majalengka adalah Media Mainstream dan terverifikasi oleh Dewan Pers.
Dilain pihak, Ketua ICMI Majalengka mengatakan dirinya tidak menyangka bakal terjadi seperti itu. Karena, menurutnya terkait publikasi sudah ada komunikasi dengan T dan A (wartawan senior).
"Ini jadi pembelajaran positif buat ke depannya supaya lebih baik lagi," ucapnya, melalui pesan singkat WhatsApp.
Dengan tulus ia juga meminta maaf dan mengatakan akan mengevaluasi supaya ke depannya tidak terjadi lagi kejadian yang serupa.
"Hampura wawasan abdi ttg kemediaan terbatas, makanya sdh percayakan ke Bu Tati sama A Asep yang menanganinya...saya kira clear, tdk menduga sedikitpun akan spt ini, akan saya evaluasi kedepannya spy tdk terjadi lagi," tutupnya.(Red)


