Setelah lulus dari sekolah SMA tidak sedikit yang berlomba-lomba mengikuti seleksi di perguruan tinggi negeri maupun swasta ternama.
Meskipun demikian, ada berbagai faktor yang dapat menghalangi seseorang untuk kuliah, seperti keterbatasan finansial, tuntutan keluarga, atau kurangnya akses ke pendidikan tinggi di daerah mereka.
Namun, sinar harapan baru menyibak kabut yang menyelimuti keinginan seseorang agar bisa menggapai cita-cita masuk ke perguruan tinggi itu kini hadir di Kabupaten Majalengka melalui Politeknik Mardira Indonesia (Poltekmi).
Bukan hanya uang semesteran, di Politeknik Mardira Indonesia ini disiapkan juga living cost atau biaya hidup selama kuliah dengan beasiswa dari kementerian pendidikan.
"Beasiswa dari kementerian pendidikan dipercayakan kepada Politeknik Mardira Indonesia di Kabupaten Majalengka," ujar Ketua Yayasan Politeknik Mardira Indonesia, H. Yomanuis Untung, SPd., MM., di Gedung Politeknik Mardira, Selasa, (25/11/25) seusai memberikan Kartu Indonesia Pintar (KIP) bagi mahasiswa.
Dijelaskan Untung, dalam waktu dua tahun ini, pihaknya telah menurunkan beasiswa bagi 200 mahasiswa.
Menurutnya, hal tersebut menjadi harapan baru bagi masyarakat khususnya orang tua yang mendambakan anaknya bisa kuliah.
"Artinya apa? Kita ikut memberikan kesempatan kepada orang tua yang anaknya gak kepikiran untuk bisa kuliah," ujarnya.
Dikatakan politisi Partai Golkar ini, ada beberapa faktor yang menyebabkan orang tua kurang mampu menyekolahkan anak ke perguruan tinggi, diantaranya kendala ekonomi keluarga seperti penghasilan yang terbatas, termasuk minimnya program beasiswa atau lokasi perguruan tinggi yang jauh.
"Apalagi sudah melekat di benak orang tua kuliah itu mahal. Mahal untuk biaya semesternya, mahal untuk biaya hidup (living cost), misal orang Majalengka kuliah di Bandung, pasti berat," terangnya.
Dengan adanya kesempatan penyaluran beasiswa di Majalengka, sambung dia, diharapkan bisa membuka ruang kepada keluarga yang semula sudah tidak punya harapan bisa menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi saat ini ada kesempatan.
"Tinggal kemudian, dimanfaatkan tidak kesempatan itu," tandasnya.(*)


