Majalengka, THE REAL NEWS ONE– Untuk memastikan target Satu Desa Satu Sarjana (SDSS), Pemkab Majalengka menggandeng BAZNAS dan sejumlah kampus yang ada di Bumi Sindangkasih.
Dikatakan Ketua Baznas Majalengka H. Agus Asri Sabana, S.Ag., M.Si., C.Me., program SDSS merupakan terobosan strategis untuk memperluas akses pendidikan tinggi bagi masyarakat miskin.
Dijelaskanya, adapun pembiayaan program tersebut dilakukan melalui kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Majalengka dan Baznas.
Ia menerangkan, 70 penerima beasiswa saat ini merupakan mahasiswa aktif disejumlah kampus yang mengalami kendala biaya kuliah.
“Penerima beasiswa tersebar di enam kampus, yakni Universitas Majalengka, Universitas Sindangkasih, Universitas YPIB, Instbunas, Politeknik Mardira Indonesia, dan STAI PUI,” ujar Agus, Selasa, (23/12/25).
Ke depan, skema bantuan akan diperluas agar beasiswa dapat diberikan sejak mahasiswa dinyatakan diterima di perguruan tinggi.
Baznas Majalengka juga membuka peluang kerja sama dengan perguruan tinggi di luar daerah, termasuk kampus yang memiliki jejaring dengan perusahaan di Jepang. Salah satunya Universitas Teknologi Bandung (UTB).
Melalui skema ini, mahasiswa berkesempatan menempuh kuliah daring sambil bekerja di Jepang, dengan fokus pendidikan pada jenjang sarjana strata satu.
Adapun syarat penerima beasiswa, menurut Agus, meliputi status sebagai warga Kabupaten Majalengka, terdaftar dalam desil 1 dan 2 Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTSEN) Kementerian Sosial, serta memiliki prestasi akademik.
"Beasiswa yang diberikan berupa biaya kuliah. Untuk tahun 2025, besarannya Rp 3,5 juta per mahasiswa per semester,” katanya.
Penandatanganan nota kesepahaman antara Pemerintah Kabupaten Majalengka, Baznas Majalengka, dan enam perguruan tinggi dilakukan di halaman Pendopo bertepatan dengan Festival Yanlik 2025.
Agus berharap program tersebut dapat berdampak signifikan terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Majalengka, khususnya pada sektor pendidikan.
“Ini terobosan luar biasa dari Pak Bupati. Jika konsisten dijalankan, kualitas pendidikan dan IPM Majalengka akan meningkat jauh,” ucap Agus.
Sebelumnya, Bupati Majalengka Eman Suherman menegaskan komitmennya merealisasikan program Satu Desa Satu Sarjana dengan menggandeng Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Majalengka serta sejumlah perguruan tinggi, salah satunya Universitas Majalengka (UNMA).
Program ini menjadi bagian dari visi-misi Pemerintah Kabupaten Majalengka untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan daya saing masyarakat desa.
Program SDSS dirancang untuk memberi akses pendidikan tinggi kepada anak-anak dari keluarga tidak mampu. Pemerintah Kabupaten Majalengka menargetkan sedikitnya 343 mahasiswa sesuai jumlah desa dan kelurahan dapat menempuh pendidikan hingga jenjang sarjana selama masa jabatan Eman Suherman.
Eman menjelaskan, program tersebut telah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Majalengka.
Ia juga meluruskan pemahaman publik terkait Kartu Hade yang disosialisasikan saat masa kampanye. Menurut dia, kartu tersebut bukan alat untuk memperoleh bantuan, melainkan catatan rencana program yang menjadi pengingat komitmen politiknya.
“Dalam Kartu Hade tercantum Program Satu Desa Satu Sarjana yang menyasar keluarga miskin. Ini adalah perwujudan program yang sudah tertuang dalam RPJMD,” kata Eman kepada wartawan usai Festival Yanlik 2025 di halaman Pendopo.
Pada tahap awal, pemerintah daerah telah meluncurkan beasiswa bagi 70 mahasiswa aktif yang berasal dari enam perguruan tinggi di Kabupaten Majalengka. Eman menyebut, jumlah tersebut akan ditingkatkan secara bertahap mulai 2026.
“Hari ini kita launching 70 orang dulu. Tahun depan kita bertahap. Harapan saya, 343 sarjana di setiap desa dan kelurahan bisa tercapai dalam masa jabatan saya, bahkan kalau bisa lebih,” ujar Eman.
Ia mengakui keterbatasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menjadi tantangan utama. Karena itu, pemerintah daerah memilih membuka ruang kolaborasi dengan Baznas dan berbagai pemangku kepentingan lain. “Program ini tidak bisa hanya mengandalkan APBD. Kita harus mela
kukan inovasi dan kolaborasi,” tandasnya.(*)


